Skip to main content
Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan Jagung Hibrida di Lahan Seluas 11.047 ha di Bireuen bentuk sinergi Implementasi GDAD Tahun 2019

Oleh 24 Okt 2019Oktober 25th, 2019Tidak ada komentar
Pengembangan Jagung Hibrida di Lahan Seluas 11.047 ha di Bireuen bentuk sinergi Implementasi GDAD Tahun 2019
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba 

 

Pengembangan Jagung Hibrida di Lahan Seluas 11.047 ha di Bireuen bentuk sinergi Implementasi GDAD Tahun 2019

#BNN #StopNarkoba #CegahNarkobaBNN.GO.ID Kabupaten Bireuen, sebagai salah satu pilot project Program Grand Design Alternative Development (GDAD) semakin menguatkan tekadnya untuk memerangi Narkoba. Melalui upaya pengembangan komoditi alternatif pengganti tanaman narkotika (ganja) maka Badan Narkotika Nasional (BNN), bersama Kementerian Pertanian, Pemerintah Aceh dan Pemkab Bireuen memulai penanaman perdana Jagung, di Desa Batee Raya, Kecamatan Juli, Kamis (24/10).

Penanaman perdana komoditas pertanian unggulan itu, sekaligus menandai implementasi GDAD pada areal seluas 163 ha di Desa Batee Raya yang akan dikelola oleh 2 kelompok tani yaitu Maju Sepakat di atas lahan seluas 93 ha dan Mudah Reseki 70 ha. Kedua lokasi ini merupakan bagian dari program GDAD tahun 2019 di Bireuen dengan total lahan seluas 11.047 ha. Kegiatan tersebut, merupakan program Kementrian Pertanian (Kementan) RI, bekerjasama dengan BNN yang dilaksanakan secara kontinyu hingga tahun 2025 mendatang.

H Saifannur, S.Sos dalam sambutannya pada kegiatan itu menuturkan, program ini sangat bermanfaat, khususnya bagi petani jagung yang dapat memanfaatkan potensi lahan pertanian produktif, untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, serta menciptakan kesejahteraan para petani, yang menjadi sasaran program GDAD tersebut. Disebutkannya, Bireuen memiliki potensi lahan yang luas, untuk pengembangan Jagung hibrida. Hal ini sesuai dengan luas lahan tersedia yang telah diverifikasi CP/CL oleh petugas lapangan, seluas 11.047 hektar yang tersebar pada 16 kecamatan.  Selain untuk mengembangkan komoditi unggulan alternatif pengganti tanaman ganja, beliau mengharapkan program ini mampu menjadi solusi meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan petani. “Melalui program GDAD ini, banyak keuntungan yang diperoleh. Termasuk, mengurangi angka pengangguran, serta menciptakan lapangan kerja, sehingga bisa mengurangi tingkat kemiskinan di masyarakat kita,” jelasnya.

Pengembangan Jagung Hibrida di Lahan Seluas 11.047 ha di Bireuen bentuk sinergi Implementasi GDAD Tahun 2019

Pengembangan Jagung Hibrida di Lahan Seluas 11.047 ha di Bireuen bentuk sinergi Implementasi GDAD Tahun 2019

Sementara, Dirjen Tanaman Pangan diwakili Kepala Balai Besar Peramalan OPT Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Dr. Ir. Eni Tauruslina, M.P.  mengatakan, progres di Kabupaten Bireuen ini, merupakan sebuah langkah terobosan terbaru. Alih fungsi lahan menjadi lahan produktif, dan harapan program ini dapat berhasil dan berkelanjutan.  Jagung bukan saja untuk pangan tapi juga digunakan buat pakan ternak dan industri. “Bireuen kita harapkan bisa menjadi salah satu daerah pengembangan jagung hibrida di Indonesia, sehingga kelak menjadi daerah penyumbang swasembada Jagung di Indonesia, khususnya di Propinsi Aceh,” imbuhnya.

Baca juga:  Terjebak Pola Hedonisme, Anak Muda Salahgunakan Pil Koplo

Sementara Deputi Pemberdayaan masyarakat BNN RI  Irjen Pol Drs. Dunan Ismail, Isja, MM, mengatakan penanaman perdana ini momentum tepat sebagai tindaklanjut MoU antara BNN, Pemerintah Aceh, PT Japfa Comfeed Indonesia, yang akan membeli hasil panen jagung dengan harga bersaing. “Program ini menjadi solusi terbaik, untuk menggantikan tanaman narkotika jenis ganja di Aceh, yang ditanam secara ilegal. Kami mengharapkan petani dapat menjalankan program ini secara serius.  Agar mampu memberi hasil terbaik, dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Beliau mengajak semua pihak, untuk ikut andil serta memiliki tekad kuat, dalam menyukseskan program itu. Mengingat, Aceh telah dinobatkan sebagai provinsi pertama di tanah air, dalam upaya memerangi narkoba. Menurutnya, jika semua elemen masyarakat bersinergi, maka masalah narkotika akan mudah dihadapi bersama, demi terciptanya pembangunan yang adil dan makmur. “Aceh adalah miniatur Indonesia yang memiliki segala potensi membanggakan bangsa, memenangkan perlawanan melawan sindikat narkoba di Aceh, adalah memenangkan Indonesia melawan sindikat narkoba nasional, inilah wujud tanggap darurat narkoba nasional,” tutur Pati Polri ini.

Pengembangan Jagung Hibrida di Lahan Seluas 11.047 ha di Bireuen bentuk sinergi Implementasi GDAD Tahun 2019

Pengembangan Jagung Hibrida di Lahan Seluas 11.047 ha di Bireuen bentuk sinergi Implementasi GDAD Tahun 2019

Plt. Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah, MT diwakili Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A. Hanan, SP., MM mengatakan, program ini dalam rangka mengubah paradigma berpikir sebagian masyarakat Aceh, dari dulu aktif tanam ganja, jadi petani komoditi unggulan produktif.  “Kualitas bibit jagung ditanam Ini sangat bagus, setiap pohon bisa menghasilkan dua tongkol dengan ukuran cukup besar. Dalam waktu sekitar 90 hari, jagung sudah bisa panen,” ungkapnya.  Menariknya, pembeli jagung sudah ada, jadi tidak ada cerita petani tidak untung dari bisnis ini, yang penting diterapkan tata cara pertanian jagung yang baik, rawat tanaman secara rutin. Dia meminta, masyarakat Aceh semakin taat hukum, sehingga kelak tak ada Iagi warga di pedalaman yang menanam ganja, serta terlibat dalam peredaran dan penggunaan narkoba, yang berbahaya bagi generasi bangsa.

Baca juga:  Perjanjian Kinerja Direktorat Pemberdayaan Alternatif Tahun 2021

Acara dilanjutkan dengan Penanaman jagung secara simbolis ini, oleh Bupati Bireuen H Saifannur S.Sos, Deputi Dayamas BNN Irjen Pol Drs Dunan Ismail, Isja, MM, Kepala BNN Aceh, Brigjen Pol Drs. Faisal Abdul Naser MH, Kepala Balai Besar Peramalan OPT Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Dr Ir Eni Tauruslina, MP dan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh A Hanan,SP.,MM dan Perwakilan PT. Japfa serta sejumlah pejabat terkait.

Kegiatan ini ada bentuk kerjasama yang komprehensip antar stakeholder mencakup hulu ke hilir. BNN membangun sinergi dengan pemerintah dan swasta  dalam frame works GDAD. Dimana peran pemkab Bireuen, pemprov Aceh dan Kementerian Pertanian dalam mendukung saprodi (benih, pupuk, pestisida) serta dukungan pendampingan penyuluh pertanian   kepada petani dalam usahataninya. PT Japfa Comveed Indonesia siap menampung (membeli) hasil panen jagung GDAD  di Aceh sesuai standar yg ditentukan. Pada tahun 2020 di Kabupaten Bireuen akan rencanakan penanaman komoditi jagung GDAD seluas 20.000 ha shg semua pihak terkait diharapkan dapat mendukung program tersebut. Ini adalah bentuk implementasi terbesar dari diantara pilot project yg lain di Aceh.

Baca juga:  BNN Bantu Lembaga Rehabilitasi Masyarakat

Acara ini dihadiri oleh 1000 org yang terdiri dari unsur stakeholder 500 orang (BNN, BNNP Aceh, Kementan, SKPA, Forkopimda Bireuen, SKPK Bireuen, PT Japfa, Penyuluh Pertanian Lapangan dan lain-lain) dan 500 orang  dari unsur Masyarakat (kelompok tani, tomas, toga, todat toda dll).

#AlternativeDevelopment

#GDAD

#StopNarkoba

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel