Paradigma tentang stigma pecandu narkoba di masyarakat membuat pecandu menjadi sulit untuk cepat pulih. Masih tingginya stigma pecandu di masyarakat membuat program pemulihan pecandu tersebut menjadi terhambat, bahkan banyak diantaranya memilih untuk tidak terlibat dalam kegiatan upaya pemulihan pecandu narkoba. Kita harus peduli terhadap para pecandu dalam memulihkan kondisi mereka, terang dr. Kusman Surya Kusumah, Deputi Rehabilitasi BNN. Menurut dia, mereka membutuhkan kita dalam membantu merubah stigma negatif, yang selama ini tertanam di benak masyarakat.Stigma sosial inilah yang harus dihilangkan, agar pada akhirnya nanti semua unsur masyarakat mau terlibat dalam upaya mengajak para pecandu narkoba untuk direhabilitasi.Menurut Kusman, sesungguhnya ada dua hal yang harus dilakukan oleh pecandu dalam menghilangkan stigma sosial di masyarakat. Pertama, mereka harus benar-benar taubat, taubat nasuha. Kedua, mereka harus memiliki kegiatan atau aktifitas yang rutin agar pikiran mereka teralihkan dari narkoba.Untuk yang pertama, menrut Kusman, dibutuhkan adanya peran dari seorang ulama yang membimbing mereka untuk benar-benar taubat. Dia mencontohkan apa yang terjadi di Thailand. Di sana, menurutnya, peran para tokoh agama, dalam hal ini biksu, sangat sentral dalam membenahi moral mereka. Mereka menjangkau para korban penyalah guna atau pecandu untuk rehabilitasi. Metode agama yang dilakukan oleh para biksu-biksu di sana dinilai cukup efektif dalam memulihkan pecandu.Hal inilah yang disayangkan oleh Kusman. Di Indonesia masih sedikit para ulama yang peduli untuk membatu para korban penyalah guna atau pecandu. Padahal ulama dapat membantu pecandu untuk memulihkan moral mereka, dengan ilmu yang dimilikinya. Pemulihan moral melalui pendekatan agama menurut dia jauh lebih efektif seperti yang terjadi di Thailand.Kusman menambahkan, sebenarnya efek yang paling berbahaya dari penyalahgunaan narkoba, khususnya dari golongan stimulan, yaitu adanya dorongan free sex. Tentunya hal ini lebih berbahaya, ketimbang penyakit yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba, kata Kusman. Free sex, bukan hanya merusak moral namun penyakit yang ditimbulkannya juga jauh lebih berbahaya ditambah dengan penyakit yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba tersebut. Oleh karena itu, Kusman mengajak para ulama dan tokoh masyarakat untuk mengajak mereka untuk rehabilitasi dan membantu mereka untuk benar-benar taubat.Selain itu, Kusman juga menyampaikan bahwa para pecandu wanita, jika ditangani oleh para dokter atau konselor laki-laki akan menjadi bencana. Bukannya pulih tetapi malah menimbulkan masalah yang lebih banyak, tutur Kusman. Hal tersebut bisa terjadi karena menurut dia, ketika si wanita ini menjadi seorang pecandu, maka dorongan untuk melakukan free sex lebih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya seorang konselor dan dokter wanita, untuk membantu mereka menjadi pulih dan tidak menimbulkan efek atau masalah lain.Adanya masalah-masalah yang terjadi akibat dari penyalahgunaan narkoba, maka BNN mengadakan pembekalan program rehabilitasi adiksi kepada 36 anggota yang tegabung dalam ormas wanita keagamaan (muslimat NU) se-Jabotabek, pada Rabu (9/10) di yayasan panti asuhan harapan remaja, Rawamangun, Jakarta Timur.Diharapkan kedepannya, menurut Kusman para kader Ibu-ibu Muslimat NU dapat menjangkau pecandu, khususnya pecandu wanita untuk diajak rehabilitasi. Selain itu, mereka diharapkan pula juga dapat peduli terhadap pecandu narkoba. Mereka harus mengenali si-pecandu, supaya mereka dapat menjangkau mereka untuk di rehabilitasi. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan ibu-ibu dapat mengenali siapa pecandu itu, papar Kusman.Dilain pihak menurut Ketua Yayasan Kesejahteraan Muslimat (YKM) NU Pusat, Hj. Faridah Salahudin Wahid, menuturkan bahwa dirinya sangat prihatin dan khawatir terhadap masalah narkoba saat ini. Dengan diadakannya pertemuan ini diharapkan adanya kerja sama yang terus-menerus antara BNN dan YKM Muslimat. Ketika disinggung hal konkret apa yang akan dilakukan oleh YKM NU setelah ini, dia menuturkan tergantung hasil dari pertemuan ini.
Berita Utama
Stigma Pecandu Harus Dirubah
Terkini
-
CAPAIAN BNN 2025: SINERGI, KOLABORASI, DAN INOVASI DALAM WAR ON DRUGS FOR HUMANITY 20 Des 2025 -
DARI DATA KE AKSI: BNN PERKUAT STRATEGI PENANGGULANGAN NARKOBA BERBASIS RISET KOMPREHENSIF 19 Des 2025 -
CANANGKAN KAMPUNG HARAPAN BERSINAR, BNN TEGASKAN TEKAD PULIHKAN KAMPUNG RAWAN 18 Des 2025 -
BNN GELAR PEMULIHAN KAMPUNG HARAPAN BERSINAR MELALUI SENAM SEHAT DAN BAKTI SOSIAL 18 Des 2025 -
NAPAK TILAS KEPALA BNN RI, KUNJUNGI ALMAMATER DAN BERI INSPIRASI DI SMAN 65 JAKARTA 18 Des 2025 -
BNN MUSNAHKAN LEBIH DARI 300 KG NARKOTIKA HASIL PENGUNGKAPAN KASUS DI BERBAGAI WILAYAH INDONESIA 18 Des 2025 -
BNN TERIMA ASET PROPERTI SENILAI RP 4 MILIAR DARI DJKN 17 Des 2025
Populer
- BNN–BAIS TNI BERHASIL AMANKAN BURONAN INTERNASIONAL DEWI ASTUTIK DI KAMBOJA 03 Des 2025

- HASIL AKHIR SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA BNN T.A. 2025 27 Nov 2025

- BNN RI OPERASI GABUNGAN DI BERLAN JAKARTA TIMUR: AMANKAN 24 ORANG, SALAH SATUNYA SEORANG BANDAR 26 Nov 2025

- HASIL SELEKSI KOMPETENSI MANAJERIAL DAN SOSIAL KULTURAL (ASSESMENT CENTER)DALAM RANGKA SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA INSPEKTUR UTAMA BNN T.A. 2025 26 Nov 2025

- KEPALA BNN RI RAIH PENGHARGAAN PADA DETIKCOM AWARDS 2025 26 Nov 2025

- BNN GENJOT PERCEPATAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI 02 Des 2025

- PEDULI SEMERU, BNN SALURKAN BANTUAN KEMANUSIAAN KE LUMAJANG 26 Nov 2025
