BNN.GO.ID. Jakarta, 25/01/2022. Hari Pertama yang diselenggarakan secara virtual oleh UNODC pada hari Rabu 25 Januari 2022 di Hotel Ciputra Jakarta. Pertemuan dihadiri oleh Deputi Dayamas BNN, Deputi Hukker BNN, Direktur Kerma BNN, Kasubdit Kerma Reginter, perwakilan Subdit Kerma Reginter, perwakilan Depbid. Dayamas BNN, dan perwakilan PT Bintang Toedjoe.
Berikut beberapa poin yang dibahas:
1. Pertemuan dibuka oleh sambutan Mr. Wichai Chaimongkhon selaku SekJen ONCB Thailand. Disampaikan bahwa AD perlu ditegaskan kembali sebagai salah satu upaya menangani masalah narkoba dunia. Sebagai salah satu aspek krusial, diperlukan pertukaran best practice, pengetahuan, dan pengalaman dalam membangun program pemberdayaan alternatif yang berkelanjutan, terutama pada aspek pembangunan sosial dan ekonomi;
2. Mr. Hector Fabio Santos dari Global Partnership on Drug Policies and Development (GPDPD) Jerman menyampaikan bahwa implementasi program AD memiliki keterkaitan dengan Human Development Index (HDI) dan sinergitas dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Selain itu, pada pertemuan EGM terakhir terdapat beberap kesimpulan seperti (1) perlu ditingkatkannya pengakuan peran dunia internasional dan potensi AD dalam upaya penanganan narkoba dunia, (2) diperlukannya suatu platform untuk bertukar pengalaman terhadap praktik program AD pada level nasional, serta (3) identifikasi prioritas untuk resolusi CND terkait AD;
3. Mr. Santiago Granados dari RIMISP (NGO Amerika Latin) menyampaikan hasil penelitian di Kolombia yang menyatakan bahwa pemuda Kolombia terlibat dalam kultivasi kokain sejak usia dini akibat factor keluarga dan ekonomi, serta merasa memiliki pilihan yang terbatas. Direkomendasikan agar program AD mampu memberikan akses penjualan, asistensi teknis, mekanisme stabilitas harga, serta pengembangan kapasitas organisasi. Selain itu, disampaikan agar AD turut mempertimbangkan populasi pemuda, program pembangunan rural yang komprehensif, memperhatikan kearifan local, serta mendorong partisipasi public;
4. Ms. Sylvia Kay dari Transnational Institute menyampaikan bahwa dalam jangka waktu panjang, tanaman narkotika akan memakan lahan lainnya dikarenakan nilai ekonomi, yang dapat berujung deforestasi. Hal ini menjadi tanggung jawab semua pihak untuk memberikan wawasan kepada petani perihal potensi dampak negative kultivasi tanaman narkotika dalam jangka waktu Panjang. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan pendekatan AD yang mengutamakan aspek keberlanjutan lingkungan serta hak asasi manusia.
====================
Hari Kedua diselenggarakan secara virtual oleh UNODC pada hari Kamis 26 Januari 2022 di Hotel Ciputra Jakarta. Pertemuan dihadiri oleh Deputi Dayamas BNN, Deputi Hukker BNN, Kasubdit Kerma Reginter, perwakilan Subdit Kerma Reginter, perwakilan Depbid. Dayamas BNN, dan perwakilan PT Bintang Toedjoe.
Berikut beberapa poin yang dibahas:
1. Pertemuan hari kedua dipandu oleh Mr. Juan Minaya dari DEVIDA Peru dengan mengangkat isu “Strategies to strengthen the value chain, increase market access and commercialize AD products”;
2. Mr. Jorge Rios dari UNODC memaparkan bahwa dalam rangka komersialisasi produk AD berupa produk agricultural, diperlukan pemasaran kepada pasar produsen berupa raw material dan pasar barang jadi atau added value. Selain itu, kualitas produksi juga harus ditingkatkan dan disertifikasi agar memenuhi standar kualitas ekspor. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah harus mampu menggandeng masyarakat dan pihak swasta, agar dapat menyediakan informasi dan memfasilitasi akses penjualan produk AD. Selain itu, diperlukan pengembangan kapasitas bagi masyarakat dalam mengelola produk, keahlian wirausaha, serta eksposure informasi. Di lain sisi, pihak swasta diharapkan mampu menyediakan pedoman dan akses pasar bagi masyarakat yang terlibat program AD. Dalam kesimpulannya, relasi antara pemerintah, pihak swasta, dan masyrakat dalam mengelola program AD perlu dijaga agar bisa menghasilkan keuntungan ekonomi;
3. Mr. Lennart Clerx selaku Founder THIS SIDE UP memaparkan bahwa pihaknya merupakan organisasi social enterprise yang berfokus kepada distribusi kopi hasil program AD dan masyarakat marjinal. Disampaikan bahwa pihaknya telah memberdayakan 10 ribu petani di 14 negara, salah satunya Indonesia, dengan memasarkan produk kopi mereka kepada 28 negara di Eropa. Dalam menjalankan upayanya, THIS SIDE UP telah memperoleh Diect Export License sejak tahun 2015 dan melakukan investasi untuk pengembambangan kualitas produk kopi dan variasi produk;
4. Mr. Erald Lamja dari Albanian Marketing Association mengidentifikasi permasalahan program AD mulai dari keterbatasan akses pasar, keterbatasan produksi dan jenis produksi, serta keterbatasan mengenai pengetahuan bisnis. Di lain sisi, terdapat berbagai potensi seperti sumber daya, permintaan suplai oleh pasar, serta kemauan untuk berkembang dari peserta program AD. Oleh karena itu, dilakukan Langkah intervensi pemerintah dalam menyusun Business Plan, melakukan asesmen kebutuhan dan rekomendasi, pengembangan kapasitas organisasi masyarakat, pembekalan wawasan ilmu bisnis, branding, dan pemasaran, hingga pemberian akses penjualan produk ke restoran dan toko-toko. Upaya tersebut menghasilkan peningkatan pendapatan dari USD 45ribu menjadi USD 80 ribu dalam 1 tahun, Peningkatan pemberdayaan perempuan untuk program AD, serta telah mendapatkan sertifikasi dan variasi produk;
5. Dr. Anchan Chimpupoung dari Royal Project Foundation Office Thailand menyampaikan bahwa dalam implementasi program AD, Riset dan Pengembangan diperlukan untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan mengevaluasi program. Tujuan dari program AD yang dilaksanakan bertujuan untuk membuat penghasilan utama masyarakat petani dari tanaman alternatif untuk menggantikan opium. Sebagai upaya, pihak Thailand membangun infrastruktur dan Balai-Balai Pembangunan di berbagai masyarakat daerah pegunungan dalam rangka memfasilitasi petani. Selain itu, pihak Thailand memberikan bantuan dalam Branding, Promosi, dan menyediakan akses penjualan secara komprehensif, serta mendorong peningkatakan kualitas melalui produksi tanaman organic yang ramah lingkungan. Disampaikan bahwa pemasaran produk AD mampu menekan kultivasi opium;
6. Mr. Jose Ignacio Isla Zevalios dari DEVIDA Peru menyampaikan program AD berupa produk kopi yang melibatkan 223.482 keluarga dan 425ribu hektar lahan. Produksi nasional terus meningkat dari 222 ton kopi pada tahun 2014 menjadi 363.2 ton kopi pada tahun 2019, serta telah melakukan ekspor lebih dari 1000 ton kopi dalam kurun waktu tahun 2016-2020. Selain itu, dilaksanakan berbagai program seperti sertifikasi produk, pelatihan Coffee Tasters dan Barista, hingga keikutsertaan produk AD pada pameran dan kontes pada level nasional dan internasional;
7. Mr. Eriend Faich dari UNODC menyampaikan program AD yang didukung oleh UNDOC di Vinmai, Lao PDR. Program tersebut diinisasi pada tahun 2016 dengan melibatkan 400 keluarga di 12 desa dengan berfokus ke value adding dan control of value chain, dengan pendekatan berorientasi pasar. Program ini turut mendorong peningkatan kerja sama pemerintah-swasta, mengutamakan inklusivitas gender, meningkatkan pemahaman peserta program AD terhadap produk yang dihasilkan, serta melakukan pendampingan kepada kelompok petani. Program ini turut mendapat dukungan pemerintah provinsi setempat dengan hibah lahan;
8. Dalam sesi diskusi, Indonesia menyampaikan pertanyaan mengenai langkah apa yang perlu ditempuh agar dapat menjalin kolaborasi dengan UNODC dalam melaksanakan program AD. Sebagai contoh, pada level nasional, BNN melalui Deputi Bidang Dayamas telah bekerja sama dengan PT Bintang Toedjoe dalam program pemberdayaan alternatif melalui penanaman jahe;
9. Menanggapi pertanyaan dari Indonesia, Mr. Eriend Faich dari UNODC menyampaikan bahwa pihaknya terbuka dan merasa senang untuk berkolaborasi dengan Indonesia. Kemudian, disampaikan bahwa pihaknya tertarik untuk mempelajari dan bertukar wawasan mengenai pengelolaan program AD pada industri kopi Indonesia yang dinilai telah terbangun dan terlaksana dengan baik.
#War on Drugs
#hidup 💯 persen
#sadar_sehat_produktif_&_bahagia