Penangkapan Prof Musakkir pekan lalu menjadi pemberitaan yang terus menuai komentar dari segala kalangan, dari mulai masyarakat jelata hingga pimpinan negara. Hampir seluruh komentar yang muncul bernana kecaman, kekecewaan, dan hal-hal pahit lainnya. Tentu semua orang bertanya, ada apa di balik ini semua?Lagi-lagi narkoba menyerang orang yang paham dengan dunia hukum dan boleh dibilang pakarnya. Tentu ini jadi tamparan keras bagi dunia pendidikan. Betapa tidak seorang profesor yang dikenal dengan agamis dan aktif dalam dunia olahraga akhirnya tersungkur dalam dunia bejat narkoba. Lebih mirisnya lagi, sang profesor bersama dengan seorang wanita muda saat nyabu di kamar hotelnya.Dalam beberapa diskusi yang pernah penulis ikuti, diperoleh sebuah fenomena bahwa penyalahgunaan narkotika jenis sabu biasanya dibumbui dengan kegiatan seks dan celakanya lagi kebanyakan seks bebas. Artinya, jika dilihat ke dalam kasus ini, masyarakat wajar bisa banyak berkomentar tentang aksi bejat. Dalam berbagai media, sang profesor memang membantah dirinya berbuat pelanggaran hukum, dengan berbagai dalih. Tapi urine dan darahnya telah membuktikan bahwa dalam tubuhnya bersarang racun yang siap mengendalikan dirinya menjadi orang yang bertingkah buruk.Tapi, hujatan dan cacian yang datang bertubi-tubi pada sang profesor akan menyelesaikan masalah?? Apa yang harus kita lakukan adalah mengawal bagaimana penegak hukum mendudukan perkara ini dalam porsi yang benar. Artinya, apapun yang dilakukan penyidik asal tidak menyalahi aturan dan bisa memberikan efek jera, tentu harus kita dukung.Hujatan tak akan menyelesaikan masalah, justru harusnya kita memperkuat diri dan keluarga dan lingkungan untuk tidak terperosok ke lubang narkoba. Apa jadinya jika anak kita, orang tua kita, dan misalnya kebetulan menjadi figur di tengah masyarakat dan dijebak atau dijadikan target sindikat narkoba?? tentu kejadian pahit bisa saja terjadi.Jika mengikuti naluri emosi, masyarakat mungkin puas jika sang profesor dijebloskan ke dalam penjara. Tapi lagi-lagi, apakah itu bisa menyelesaikan masalah? Hukuman norma sosial sepertinya sudah cukup menjadikan orang berpendidikan seperti Musakkir untuk menyesali apa yang telah dia dikerjakan. Tentu mendingan jiwa raganya dipulihkan baik dengan rehabilitasi atau terapi lainnya yang bisa segera mengembalikan fungsi manusianya kembali bertaji. Selalu ada kesempatan kedua untuk menjadi orang yang lebih baik.Menanggapi kasus ini, kembali kita serahkan pada kepolisian untuk melakukan penyidikan yang sangat serius, dan jangan hanya berorientasi pada penghukuman semata, namun membongkar ada apa di balik motif sindikat ini untuk menghancurkan orang-orang potensial dalam dunia pendidikan. Ini jauh lebih penting untuk diungkap sehingga masyarakat semakin melek dan semakin peduli akan bahaya yang mengintai mereka. Jangan-jangan semua orang ahli di negeri ini akan jadi target racun narkotika dengan segala bujuk rayu dan tipu daya. Tanpa sadar potensi intelektualitas akan jadi mandul, dan negara ini akan mudah dijajah dan dilemahkan. Kita pasti ingat kan dengan peran candu di Tiongkok. Negeri besar itu akhirnya jatuh dan harus tertatih-tatih untuk menata kembali. Kita pasti tidak ingin hal itu terjadi di bumi pertiwi.Saat ini, penangkapan pada orang-orang terkenal seolah hanya jadi bahan obrolan sepekan dan hilang seiring dengan munculnya isu lain yang lebih menarik. Tentu bukan itu yang diharapkan. Kesadaran dan kepedulian masyarakat harus makin tumbuh. Masyarakat harus paham, masalah penyalahgunaan narkoba bisa menghancurkan segala sendi kehidupan dari mulai kehancuran karir, rumah tangga, instabilitas masyarakat, dan bukan tidak mungkin menjadi duri dalam kemajuan sebuah bangsa.Penjara atau tidak penjara memang selalu jadi pro kontra di tengah masyarakat, akan tetapi yang harus kita sadari adalah hukum UU Narkotika yang kita punya memiliki double track sistem pemidanaan, artinya, penyalah guna itu bisa dipenjara dan juga bisa direhabilitasi. Itu adalah pilihan, tergantung bagaimana orientasi penegak hukum memandangnya. Namun, jika memang pecandu murni atau pecandu berat, tentu ia harus segera diselamatkan. Penjara, rehabilitasi adalah pilihan, dan orientasi serta hati nurani penegak hukum akan menentukan hasil vonisnya. Tapi jika rehabilitasi itu ternyata lebih mujarab dan bisa mengembalikan Musakkir jadi pribadi yang baik dan berkontribusi kembali untuk bangsa tentu itu harus jadi pertimbangan. Lantas, bagaimana Anda melihatnya?? (bk)
Artikel
Di Balik Target Narkoba Kalangan Intelektualitas
Terkini
-
KEPALA BNN RI TEGASKAN ARAH KEBIJAKAN DAN NILAI UTAMA DALAM MELAWAN NARKOBA 26 Agu 2025
-
PRESIDEN PRABOWO SUBIANTO RESMI MELANTIK SUYUDI ARIO SETO SEBAGAI KEPALA BNN RI 25 Agu 2025
-
PERERAT HUBUNGAN BILATERAL, KEPALA BNN RI IKUTI PERAYAAN 60 TAHUN KEMERDEKAAN SINGAPURA 22 Agu 2025
-
Melawan Ancaman di Tengah Kemerdekaan: BNN Musnahkan 474 Kg Barang Bukti Narkotika dan Ungkap Kasus Narkoba pada Rokok Elektrik 22 Agu 2025
-
KEPALA BNN RI HADIRI PENUTUPAN P3N XXV TAHUN 2025 21 Agu 2025
-
TINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL, BNN GELAR DONOR DARAH DI KLINIK PRATAMA 21 Agu 2025
-
RAKOR PEMBERANTASAN NARKOBA: PENGUATAN KOLABORASI DALAM PENGUNGKAPAN KEJAHATAN 21 Agu 2025
Populer
- SITA LEBIH DARI 500 KG NARKOTIKA DALAM SATU BULAN: BNN UNGKAP MODUS BARU PENYELUNDUPAN NARKOTIKA 30 Jul 2025
- KEPALA BNN RI BERIKAN ARAHAN KEPADA CPNS LULUSAN STIN 03 Agu 2025
- AKHIRI BENCHMARKING, QCADAAC FILIPINA AKUI STRATEGI P4GN INDONESIA LAYAK DICONTOH 03 Agu 2025
- HARI KETIGA BENCHMARKING, DELEGASI QCADAAC KUNJUNGI FASILITAS BNN DI LIDO 01 Agu 2025
- SINERGI BNN-BIN-LEMHANAS, PERKUAT INTELIJEN LAWAN SINDIKAT NARKOTIKA 31 Jul 2025
- PENYEMPURNAAN PERUBAHAN RUU NARKOTIKA, BNN SERAP ASPIRASI PENEGAK HUKUM DAN AKADEMISI DI JAMBI 04 Agu 2025
- BENCHMARKING QCADAAC: STRATEGI KOLABORASI PENCEGAHAN NARKOBA DI INDONESIA JADI INSPIRASI FILIPINA 31 Jul 2025