
#BNN#Stop Narkoba#Cegah Narkoba#BNN.GO.ID Banda Aceh – Direktorat Pemberdayaan Alternatif Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN mengadakan kegiatan Pembinaan Teknis di Kantor BNNP Aceh terkait Program Grand Design Alternative Development 2016-2025 pada hari Rabu, (22/01/2020). Rapat dibuka oleh Plt Kepala BNN Provinsi Aceh, Amanto SH. MH yang menyampaikan fakta ternyata ada 20 orang yang diputus mati Bandar narkoba di Aceh oleh pengadilan tinggi atas tuntutan jaksa, nyata sekali banyaknya Bandar Narkoba di Aceh. Dimana Aceh merupakan wilayah yang rawan peredaran narkoba baik sebagai wilayah produksi ganja maupun jalur masuk narkoba dari luar negeri melalui jalur laut dengan banyaknya wilayah pantai sebagai pintu masuk penyelundupan. Melalui Pemberdayaan Alternatif menjadi upaya untuk memberdayakan masyarakat di wilayah rawan dan rentan supaya bersih dari lahgun edar gelap narkoba. Dengan program GDAD di 3 wilayah akan menjadi rujukan pelaksanaan AD di seluruh wilayah Aceh.
Sebagaimana diketahui bahwa Tahun 2019 Provinsi Aceh menduduki rangking pertama pemutus hikuman mati terbanyak meskipun menjadi Provinsi paling rawan nomor 6 se-Indonesia, dengan angka prevalensi 1,9% atau kisaran 52.195 pecandu, dengan 29 entry point, 109,5 hektar ladang ganja dan harga ganja tertinggi di gayo lues Rp 800.000 per kg, dengan luasan terbesar 487 ha (2016) sebagai patokan ukuran luasan, memiliki kurang lebih 50 desa dengan masalah kultivasi Ganja. Sementara di Aceh harga sabu terendah di indonesia dengan harga paket hemat Rp 25.000-50.000 dengan 4 hisapan.
Dalam Rapat kerja yang dihadiri peserta 30 orang dari BNNP Aceh, BNNK Banda Aceh, BNNK Bireuen dan BNNK Gayo Lues, Kasubdit Masyarakat Perdesaan Hendrajid Putut Widagdo, SSos, MM, MSi menyampaikan pentingnya pelaksanaan Bintek bagi Satker Vertikal BNN untuk menyatukan langkah atas kebijakan Deputi Dayamas atas target program, anggaran serta teknis pelaksanaan program, kegiatan dan bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang ada. Dalam pembahasannya disampaikan juga tentang (1) Target kinerja tahun 2020 baik IKU Dayamas maupun IKK dayatif dan PSM; (2) Penjelasan Juklak Juknis Kewirausahaan, IKKR Narkoba; (3) diskusi tentang Rencana Bentuk BNNK Aceh Besar; (4) Rencana Panen Raya Jagung di Bireuen.
Pada hari berikutnya (24/01/2020) Tim BNN meninjau lahan penanaman jagung di Kabupaten Bireuen bersama Kepala BNNK Bireuen dan Keuchik serta Sekdes Gampong Cot Meugoe, untuk melihat secara langsung kondisi tanaman jagung GDAD hasil sinergi BNN dengan Kementerian Pertanian RI, Pemprov dan Pemkab Bireuen. Peninjauan ini sebagai tindak lanjut hasil kunjungan ke lokasi oleh Kepala BNNK Bireuen bersama Forkopimda Bireuen dalam menetapkan Gampong Cot Meu Goe sebagai lokasi panen raya di Bireuen.
Hasil wawancara Kasi Pemetaan dan Analisis Masyarakat Desa, Yudhi Widiarto, SP dengan Keuchik dan Sekdes bahwa hampir semua masyarakat di Gampong Cot Meu Goe mengupayakan bertanam jagung dengan 2 kali panen dalam setahun. Selama 2 bulan sisanya, dilakukan pemulihan lahan untuk masa tanam berikutnya. Budaya tanam jagung sudah turun-temurun dan saat ini rata-rata hasil produksi jagung 6-8 ton per hektar. Di Gampong Cot Meu Goe ini di tanam Jagung seluas 390 ha, dikelola 3 kelompok tani dengan jumlah peserta kurang lebih 265 orang. Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Bireuen seluruh penanaman jagung program GDAD di Kabupaten Bireuen seluas 11.017 ha dengan jumlah petani 5.509 orang.
Terakhir pada hari jum’at (24/01/2020), Tim BNN melakukan audiensi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh diterima langsung oleh Kepala Dinas Bapak Abdul Hanan, SP, MM di ruang kerjanya, beliau menyampaikan bahwa saat ini kondisi jagung di Bireuen sudah mulai di panen. Mengingat sudah pada masa puncaknya, sehingga perlu solusi dalam mengatur kegiatan bersama panen raya.. Sehingga sudah dijadwalkan pada hari Senin (27/01/2020) Beliau akan menghadap Sekjen Kementerian Pertanian untuk membahas rencana panen raya tersebut.