Skip to main content
Artikel

Komunitas Tuna Netra Ingin Kontribusi Perangi Narkoba

Oleh 28 Feb 2017Agustus 2nd, 2019Tidak ada komentar
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba 

Tahun 2006 menjadi awal yang kelam untuk Budi Arfan (34), karena sejak saat itu ia tidak bisa lagi memandang indahnya alam. Kedua penglihatannya tidak lagi berfungsi karena ia ditenggelamkan oleh adiksi. Gara-gara narkoba Budi menjadi buta. Kini, ia merasa saatnya harus memberikan kontribusi bagi negeri melalui Komunitas Tuna Netra Nasional yang ia pimpin untuk bersama-sama menangkal ancaman narkoba. Saat berbincang-bincang dengan Humas BNN, Budi menuturkan bagaimana awalnya ia bisa terjebak narkoba hingga akhirnya kehilangan kedua fungsi matanya. Ia mengakui sejak remaja sudah mencoba narkoba sekitar tahun 1998. Namun, penggunaan narkoba yang sangat parah, mulai ia alami pada tahun 2005. Sejak saat itu, ia mengonsumsi narkoba setiap hari. Dalam satu hari, ia bisa tiga kali menghabiskan barang haram jenis putaw. Saat itu, ia pernah mendapatkan informasi bahwa narkoba bisa menyebabkan kebutaan, tapi ia tepis dan tidak ia gubris. *Narkoba Merampas Penglihatannya*Setahun kemudian, Budi sebenarnya sudah diberikan tanda-tanda oleh Tuhan. Ia sudah mulai merasakan kesulitan untuk melihat. Bahkan untuk nyuntik pun ia harus meminta temannya karena ia merasakan penglihatannya mulai kabur. Seiring dengan kebiasaannya mengonsumsi putaw yang kian parah, akhirnya Budi mengalami kebutaan. Merasakan sakit akibat narkoba, Budi pun mencari pertolongan. Ia mulai mengonsumsi obat China berupa jamu, dan juga daun-daunan seperti daun binahong beserta sari kedelai. Racun yang ada dalam tubuhnya perlahan keluar semua. Ia mengaku mulai pulih dan kondisi tubuhnya mulai membaik. Perlahan-lahan juga ia merasakan mulai ada cahaya yang masuk, sehingga setampuk harapan untuk bisa melihat pun ada di depan matanya. Namun, harapan itu akhirnya kandas, karena di saat mulai merasakan sinar cahaya ia malah kembali berkumpul dengan kawan lamanya dan mengonsumsi narkoba jenis ganja. Akhirnya, 24 Maret 2006 menjadi tanggal resminya kehilangan penghilatan untuk selama-lamanya. Dengan kondisi buta, Budi akhirnya menyatakan niatnya untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Ia memaksa dirinya untuk jauh dari barang-barang haram tersebut. *Bangkit Dari Keterpurukan*Pernah terjebak dari narkoba hingga kehilangan penglihatan sempat membuat Budi terpukul. Tapi, roda kehidupan harus tetap berjalan, dan Budi kembali melanjutkan perjuangan hidupnya. Untuk bangkit, Budi mulai menjalani rehabilitasi. Ia mengakui rehabilitasi yang ia masuki ternyata salah jurusan, karena ia bukan masuk ke rehabilitasi narkoba, tapi rehabilitasi untuk para penyandang tuna netra. Di tempat tersebut, ia mendapatkan pelatihan bagaimana berjalan dengan tongkat, belajar bagaimana melakukan pekerjaan sehari-hari, dan juga diajarkan tentang keterampilan untuk memijat. Baginya, salah tempat bukan berarti salah jalan, karena dengan pengalaman yang ia dapatkan di panti rehabilitasi ini, ia menjadi sosok yang mandiri, sosok yang tidak pernah merepotkan orang tuanya. Melalui pelatihan yang ia dapatkan, kini Budi sudah bisa berprofesi sebagai juru pijat dan sudah sukses berkeluarga dengan tiga anak. Bersama komunitasnya, ia juga aktif untuk berbagi inspirasi dan memberikan motivasi pada rekan-rekannya yang lain. Selama beberapa tahun belakangan ini, Budi telah menjalin kerja sama dengan pihak provider XL untuk menjalankan sejumlah program-program yang melibatkan komunitas Tuna Netra Nasional. *Ingin Turut Serta Kampanyekan Bahaya Narkoba*Setelah lama berkecimpung dalam beragam agenda kegiatan yang cukup padat, Budi mulai merencanakan sebuah program yang terkait pencegahan bahaya narkoba untuk komunitasnya. Keinginan ini didorong oleh begitu banyaknya kasus narkoba yang terjadi, termasuk pada orang terdekatnya. Ia mengaku memiliki seorang guru yang harus kehilangan anaknya karena meninggal dunia akibat narkoba. Di samping itu, keyakinannya makin bulat setelah bertemu dengan seorang guru di sebuah SLB yang mendorongnya agar melakukan langkah nyata dalam upaya menangkal ancaman narkoba untuk komunitas tuna netra pada khususnya. Oleh karena itulah, ia datang sendiri dari Temanggung ke BNN RI di Jakarta untuk menyampaikan aspirasinya tentang program pencegahan narkoba bagi kaum tuna netra. Menurutnya, komunitas tuna netra perlu diberikan pelatihan dan juga pembinaan tentang pengenalan jenis dan bahaya narkoba sehingga mereka bisa lebih waspada dan tidak jadi sasaran empuk para bandar yang kemungkinan juga bisa memperdaya mereka. Ketika ditanyakan harapan apa jika bisa bertemu Kepala BNN, Budi Waseso, ia mengharapkan adanya kerja sama yang nyata, agar BNN bisa memberikan pemahaman yang komprehensif tentang persoalan narkoba yang sedang terjadi saat ini, sekaligus memberikan keterampilan pada para penyandang tuna netra untuk mampu mengidentifikasi jenis narkoba seperti apa dan bagaimana menghindarinya. Apresiasi Dari BNNKehadiran Budi Arfan yang penuh dengan lika liku dan perjuangan dari Temanggung hingga akhirnya tiba di BNN mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Dikdik Kusnadi, Kasubdit Masyarakat di Direktorat Advokasi Deputi Bidang Pencegahan BNN. Menurutnya, sosok Budi ini juga perlu diapresiasi karena menyampaikan keinginannya kepada BNN agar bisa berkolaborasi dalam upaya sosialisasi bahaya narkoba pada generasi muda bangsa agar tidak terjadi hal-hal buruk seperti yang ia alami. Pada intinya, ia ingin menghabiskan sisa umurnya untuk bermanfaat bagi bangsa dan negara, dengan cara mengajak generasi muda bangsa untuk menjauhi narkoba.Penulis:Budi Kurniapraja (Staf Humas BNN)

Baca juga:  PENANDATANGANAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel