Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali ? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Penggalan cerita diatas, dikisahkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Prof. Dr. Petrus Reinhard Golose, saat berpidato dalam Malam Kebangsaan yang digelar BNN RI di Gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (18/8). Kisah tersebut diambil dari Kitab Sutasoma, Karangan Mpu Tantular Semasa Kerajaan Majapahit Abad ke-14.
Kepala BNN Melanjutkan kisahnya bahwa syair tersebut merupakan hasil perenungan Mpu Tantular tentang keragaman yang ada di kerajaan majapahit dimana terdapat berbagai macam rupa ras, suku, bahasa, dan juga agama serta pertentangan atas perbedaan yang tidak dapat dihindari. Akan tetapi, pemahaman Bhinneka Tunggal Ika itu berhasil menjembatani perbedaan tersebut dan menjadikan majapahit sebagai kerajaan yang kuat dan besar. Penggalan Bhinneka Tunggal Ika kemudian diserap sebagai semboyan negara kesatuan Republik Indonesia.
“Secara harafiah arti kata ‘Bhinneka’ yaitu beragam, ‘Tunggal’ yaitu satu, dan ‘Ika’ berarti itu, sehingga secara umum dapat diartikan Berbeda-Beda Tapi Tetap Satu”, lanjut Prof. Dr. Petrus Reinhard Golose.
Lebih lanjut Kepala BNN menjelaskan, penyerapan kata Bhineka Tunggal Ika ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara amatlah tepat. Mengingat indonesia adalah bangsa yang sangat besar dan beragam. Kepala BNN mengatakan keragaman ini bukan hal yang mudah untuk diharmoniskan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dibutuhkan penanaman dan penguatan nilai-nilai kebangsaan untuk mencapai integrasi nasional.
Hal lain yang disampaikan kepala BNN RI adalah kondisi Indonesia yang saat ini tengah menghadapi berbagai ancaman keamanan nasional. Seperti cybercrime, pelanggaran wilayah perbatasan, ancaman keamanan dalam lingkungan masyarakat, narkotika, hingga terorisme dan radikalisme.
Menurutnya berbagai ancaman ini tidak hanya dibebankan kepada aparat penegak hukum, akan tetapi memerlukan sinergitas dari berbagai komponen bangsa dan stakeholders. Sinergi ini hanya dapat dicapai jika bangsa indonesia mampu mengesampingkan sekat-sekat perbedaan dan mengedepankan integrasi bangsa.
“Untuk itulah sekali lagi, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, perlu diimplementasikan dalam berbagai kegiatan pembangunan demi tercapainya indonesia yang tentram dan sejahtera”, tegas Kepala BNN RI.
Diakhir sambutannya, Kepala BNN menyampaikan tema Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia ke-78 yakni “Terus Melaju untuk Indonesia Maju” merefleksikan semangat bangsa indonesia untuk terus melanjutkan perjuangan dan pembangunan, berkolaborasi bersama memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan Indonesia maju.
Biro Humas dan Protokol BNN RI