Dalam perspektif kesehatan, pengguna narkoba adalah pasien yang harus dirawat, dijaga dan dilindungi kerahasian rekam jejak medisnya oleh para petugas kesehatan baik dokter maupun perawat. Salah satu modal penting yang harus dimiliki oleh petugas kesehatan dalam melayani pengguna narkoba adalah empati. Hal ini disampaikan Prof. Akmal Taher, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, di sela-sela kegiatan Forum Komunikasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dan Pergelaran Seni dan Budaya yang digelar Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN), di aula Prof. Siwabessy, Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (3/6). Dengan empati, petugas kesehatan akan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasien (pengguna narkoba), sehingga mereka bisa memberikan pelayanan yang prima dalam rangka memulihkan pasiennya dari masalah adiksi yang menjeratnya, ungkap Akmal kepada peserta diskusi yang didominasi perawat dan mahasiswa bidang keperawatan. Dalam kesempatan ini, Akmal mengatakan dalam rangka penanganan masalah pengguna narkoba, langkah rehabilitasi memang jadi pilihan yang terbaik. Untuk mendukung hal ini, Kemenkes telah menyediakan 274 Institusi Penerima Wajib Lapor, baik rumah sakit, puskesmas serta lembaga rehabilitasi medis milik pemerintah atau swasta. Permasalahannya, IPWL belum cukup laku untuk didatangi para pengguna narkoba. Kepala BNN, Anang Iskandar mengungkapkan, saat ini tidak banyak pengguna narkoba yang bersedia datang karena mereka masih memiliki sejumlah kekhawatiran, seperti takut ditangkap dan hal-hal lainnya. Jika pengguna datang secara sukarela melaporkan dirinya ke IPWL, mereka akan dapat bonus berupa bebas dari pidana, imbuh Kepala BNN. Mengatasi hambatan minimnya para pengguna yang datang untuk melaporkan pada IPWL, membutuhkan strategi yang cermat. Dalam aspek pencegahan, kegiatan forum diskusi dan pergelaran seni budaya seperti ini bisa menjadi salah satu cara yang tepat untuk memberikan wawasan dan pencerahan pada masyarakat bahwa pengguna tidak perlu takut untuk melaporkan dirinya, karena dijamin tidak akan dipidana dan justru akan mendapatkan layanan perawatan atau rehabilitasi. Karena itulah, Kepala BNN berpesan pada seluruh peserta dari kalangan petugas kesehatan untuk menjadi ujung tombak dalam upaya penyelamatan pengguna narkoba.
Berita Utama
Empati, Modal Penting Tenaga Kesehatan Layani Pengguna Narkoba
Terkini
-
BUKA PELATIHAN DASAR CPNS, SESTAMA TERANGKAN VISI DAN MISI KELEMBAGAAN BNN 20 Agu 2025
-
BNN PERKUAT LAYANAN REHABILITASI NARKOTIKA MELALUI MONITORING TERPADU IBM DAN STANDARDISASI SNI 8807:2022 20 Agu 2025
-
SESTAMA BNN RI HADIRI ACARA PISAH SAMBUT WAKAPOLRI 20 Agu 2025
-
BNN HADIRI PERINGATAN UPACARA DETIK-DETIK PROKLAMASI DAN PENURUNAN BENDERA MERAH PUTIH 18 Agu 2025
-
BNN GELAR UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-80 RI 17 Agu 2025
-
JELANG HUT KE-80 RI, BNN HADIRI RENUNGAN SUCI 17 Agu 2025
-
KEPALA BNN RI HADIRI PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN RI DALAM PENYAMPAIAN RUU APBN 2026 16 Agu 2025
Populer
- SITA LEBIH DARI 500 KG NARKOTIKA DALAM SATU BULAN: BNN UNGKAP MODUS BARU PENYELUNDUPAN NARKOTIKA 30 Jul 2025
- KEPALA BNN RI BERIKAN ARAHAN KEPADA CPNS LULUSAN STIN 03 Agu 2025
- HARI KETIGA BENCHMARKING, DELEGASI QCADAAC KUNJUNGI FASILITAS BNN DI LIDO 01 Agu 2025
- SINERGI BNN-BIN-LEMHANAS, PERKUAT INTELIJEN LAWAN SINDIKAT NARKOTIKA 31 Jul 2025
- BENCHMARKING QCADAAC: STRATEGI KOLABORASI PENCEGAHAN NARKOBA DI INDONESIA JADI INSPIRASI FILIPINA 31 Jul 2025
- BNN JADI RUJUKAN BENCHMARKING PENANGANAN PERMASALAHAN NARKOTIKA OLEH FILIPINA 31 Jul 2025
- AKHIRI BENCHMARKING, QCADAAC FILIPINA AKUI STRATEGI P4GN INDONESIA LAYAK DICONTOH 03 Agu 2025