
BNN.GO.ID, Banjarmasin – Dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat Indonesia di saat pandemi Covid-19 ini mulai membawa dampak di berbagai daerah. Banyaknya perusahaan yang merumahkan pekerjanya membawa dampak bagi banyak keluarga, namun banyak pula masyarakat yang masih eksis bertahan karena mereka mampu menciptakan usaha mandiri yang cukup mendukung ekonomi di keluarganya.
Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia bersama pemerintah daerah setempat berusaha untuk memberdayakan masyarakat terutama di daerah rawan peredaran gelap narkoba agar tidak terjerumus ke dalam bisnis terlarang tersebut dengan memberikan pelatihan dan ketrampilan kewirausahaan agar masyarakat di daerah tersebut mampu hidup mandiri dan mapan ekonominya.
Upaya-upaya untuk melatih dan memberikan peluang usaha di kawasan rawan dan rentan narkoba tentu tidaklah mudah.
Dengan semangat optimisme kita yakin bahwa segala bentuk ketekunan dan kesabaran yang dilakukan pegawai BNN RI merupakan upaya positif untuk mengubah kondisi masyarakat di wilayah rawan narkoba menjadi lebih baik di masa depan.
Direktur Pemberdayaan Alternatif BNN RI, Drs. Andjar Dewanto, S.H., M.B.A., dalam kegiatan penutupan pengembangan kewirausahaan di daerah rawan narkoba menyampaikan bahwa “Gang Jamaah” di Kecamatan Banjarmasin Selatan ini merupakan salah satu daerah rawan narkoba.
Tahun ini ada 65 kawasan yang sudah diintervensi oleh BNN RI maupun BNNP dan BNNK. Banyak cara kreatif untuk mengajak masyarakat menjauhi penyalahgunaan narkoba. Salah satu hal yang bisa dimaksimalkan adalah menggali kreativitas dan kearifan lokal sebagai media pencegahan penyalahgunaan narkoba.
“Kita harapkan dengan mengangkat kearifan lokal di wilayah ini dapat menjadi role model dan menjadi icon Banjarmasin melalui “Batik Sasirangan” dan kerajinan tangan yang telah dibuat oleh peserta,” ungkap Andjar.
Badan Narkotika Nasional bekerjasama dengan Pemerintah Kota Banjarmasin, Dekranasda dan Koperasi untuk melakukan upaya berkelanjutan dari program kewirausahaan ini melalui pembinaan selama 4 sampai 5 tahun. Setelah itu BNN RI akan menilai dan hasilnya dapat dilihat melalui Indeks Keterpulihan Kawasan Rawan untuk melihat perkembangan yang terjadi di wilayah rawan narkoba dari praktek dan ilmu yang telah diberikan kepada masyarakat.
Para peserta pelatihan nantinya akan dibantu memasarkan produk yang mereka jual melalui tokostopnarkoba.bnn.go.id.
“Dalam hal pemasarannya, kedepan kita juga akan bekerjasama dengan e-commerce seperti blibli.com, Tokopedia, Shopee, dan lain sebagainya. Selain itu, kita berharap juga masyarakat mampu dan mau untuk melakukan budi daya jahe merah untuk dapat menaikkan tingkat perekonomian masyarakat itu sendiri,” pungkasnya.
Drs. Andjar Dewanto menambahkan bahwa tingkat keberhasilan budi daya jahe merah yang dapat dilihat, salah satunya di wilayah Bandung.
Salah satu petaninya yang juga warga binaan saat ini dipercaya untuk memberikan materi pelatihan. Dia sudah dapat menghasilkan jahe merah sebesar sembilan ton dalam jangka waktu satu bulan.
Sementara untuk kerajinan tangan dapat kita lihat di wilayah Jakarta seperti di Kampung Boncos dan Kampung Pertanian yang sudah sering memasarkan hasil produknya.
Saat ini BNN RI melebarkan sayap dengan membuka cabang toko offline Toko Stop Narkoba.
“Saya juga mengharapkan kedepannya toko offline tokostopnarkoba dikembangkan juga di BNNP sehingga semua produk dari program pelatihan yang kita selenggarakan dapat kita tampung untuk setelahnya kita jual,” ucapnya.
Direktur Dayatif mengajak kepada pemerintah daerah untuk peduli terhadap program ini, karena kegiatan ini memiliki sasaran adalah daerah rawan narkoba, dimana yang diharapkan semua pelaku narkoba dapat mengikuti program ini. Selain itu, untuk masyarakat lainnya diharapkan untuk ikut serta dalam mengikuti program pelatihan ini.
“Oleh karena itu kita membuat program yang nilai ekonomi untuk beralih ke bisnis halal dan tidak bersentuhan lagi dengan narkoba,” tutupnya. (HNY/FNY)
Biro Humas dan Protokol BNN RI
#hidup100persen