
Guna meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan rehabilitasi narkotika di seluruh Indonesia, Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat (PLRKM) Deputi Bidang Rehabilitasi BNN menyelenggarakan kegiatan Monitoring perkembangan Unit Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) berkelanjutan sekaligus pemenuhan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8807:2022. Diselenggarakan di Ruang Rapat PPSDM Kementerian Ketenagakerjaan, kegiatan ini menjadi momentum penting bagi penguatan jejaring dan standardisasi layanan rehabilitasi berbasis komunitas.
Dalam sambutannya, Deputi Rehabilitasi BNN RI, dr. Bina Ampera Bukti menggarisbawahi peran strategis BNN dalam meningkatkan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan sosial, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat. Ia menambahkan rehabilitasi merupakan bagian integral dari pencegahan tersier dalam ilmu kesehatan masyarakat, yang fokusnya tidak hanya mencegah ketergantungan narkotika bertambah parah, tetapi juga memulihkan fungsi sosial dan kesehatan para klien.
“Melalui SNI 8807:2022, Kami melakukan standardisasi layanan rehabilitasi secara bertahap sejak 2020 hingga 2024 yang kini telah mencakup 367 lembaga. Sementara, program IBM yang dikembangkan sejak 2021 mengadopsi prinsip gotong royong komunitas yang mirip dengan Posyandu, yakni layanan dari, oleh, dan untuk masyarakat,” ujarnya.
Hingga saat ini, sebanyak 1.416 unit IBM telah memperoleh pendampingan, mencakup unit baru dan yang berkelanjutan. Tahun 2025 juga menjadi periode pembinaan intensif terhadap 10 lembaga rehabilitasi prioritas nasional dan 89 lembaga tingkat kabupaten/kota yang menjadi target standardisasi, serta pemantauan terhadap lebih dari 400 ribu unit IBM yang aktif.
Menyusul hal tersebut, Plt. Direktur PLRKM, dr. Erniawati Lestari menjelaskan bahwa kegiatan monitoring ini merupakan yang pertama kali mengintegrasikan evaluasi SNI 8807:2022 dan pengelolaan unit IBM secara serentak.
“Kolaborasi ini memastikan harmonisasi langkah antarpihak dan dukungan menyeluruh bagi petugas BNN di provinsi dan kabupaten/kota agar pelaksanaan kedua program berjalan sinergis dan saling melengkapi,” terang dr. Erniawati.
Monitoring dilaksanakan dengan pendekatan daring untuk sebagian besar lembaga, sedangkan unit IBM baru diawasi secara langsung guna memastikan keberlanjutan dan mutu layanan.
“Fokus utama Kami adalah asistensi berjenjang untuk mendorong lembaga mencapai standar nasional serta mendukung unit IBM agar semakin mandiri dan efektif,” ujarnya.
Kegiatan ini tidak hanya memperkuat capaian standardisasi dan pengembangan unit IBM di wilayah Indonesia, tetapi juga menjadi ajang sinkronisasi penguatan rehabilitasi sehingga layanan rehabilitasi narkotika merata di seluruh negeri. Dengan komitmen penuh dari BNN dan dukungan berkelanjutan dari pemerintah daerah serta masyarakat luas, diharapkan rehabilitasi narkotika di Indonesia dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia Bersinar (Bersih Narkoba).
#indonesiabersinar
#indonesiadrugfree
BIRO HUMAS DAN PROTOKOL BNN