Skip to main content
Berita Utama

Memaknai Spirit Kartini Ala BNN

Oleh 22 Apr 2014Agustus 2nd, 2019Tidak ada komentar
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba 

Ada banyak cara kreatif untuk mengekspresikan peringatan Hari Kartini. Badan Narkotika Nasional (BNN) memanfaatkan momen bersejarah ini dengan menggelar kegiatan lomba nasi tumpeng, peragaan busana dan seni mengikat kain, di gedung BNN, Senin (21/4). Namun, di balik kemeriahan ini, esensi yang paling utama adalah bagaimana perempuan masa kini untuk dapat mengaktualisasikan value perjuangan RA Kartini untuk kaum perempuan. Seperti diungkapkan Kepala BNN, DR Anang Iskandar di sela-sela peringatan Hari Kartini di kantor BNN, bahwa momentum peringatan Hari Kartini ini memberikan pelajaran penting bagi bangsa ini. Kartini tak hanya memperjuangkan konsep emansipasi, namun juga memperjuangkan hak-hak pendidikan, dan gerakan reformasi pemikiran. Ketika disinggung mengenai konsep emansipasi di lingkungan BNN, Kepala BNN dengan tegas tidak membeda-bedakan gender dalam jabatan strategis di BNN. Menurutnya, ketika seorang pegawai perempuan yang memiliki integritas dan kompetensi yang tinggi, maka tidak menutup kemungkinan ia bisa menampuk jabatan penting. Tidak ada pembedaan, sepanjang orang tersebut memiliki kemampuan atau keterampilan yang mumpuni, dan di BNN ada sejumlah jabatan penting yang dipimpin oleh perempuan, ada satu deputi dan empat direktur, imbuh Jenderal Bintang Tiga ini. Dalam kesempatan ini pula Kepala BNN berpesan agar Kartini-Kartini BNN tetap meningkatkan performa kerjanya, intropeksi diri, dan semakin terampil tapi tetap berpijak pada bumi. Sementara itu, Deputi Rehabilitasi BNN, dr Diah Setia Utami mengungkapkan bahwa banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Kartini dalam tugas sehari-hari di BNN. Terkait dengan bidang yang ia geluti, Diah menekankan agar ke depan masalah pelayanan rehabilitasi bagi perempuan juga harus lebih prima. Kita harus memikirkan pelayanan untuk residen perempuan secara lebih detil, seperti contohnya bagi residen yang sudah memiliki anak, maka idealnya ia harus tetap dekat dengan anaknya sambil ia menjalani pemulihan, imbuh Deputi Rehabilitasi. Disinggung tentang isu adiksi dan perempuan, Diah mengatakan bahwa masalah stigma jauh lebih berat ketika pengguna narkoba itu perempuan. Menurutnya, dengan label pengguna narkoba, banyak hal buruk yang mereka terima. Dengan stigma yang ada, kaum laki-laki memandang sebelah mata, bahkan banyak kaum wanita yang akhirnya tidak bisa mendapatkan hak asuh atas anaknya karena dianggap tidak bisa bertanggung jawab, pungkas Diah.

Baca juga:  BNN : Jadilah Masyarakat yang Reaktif dan Responsif

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel