Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ganja terbesar di dunia. Fakta ini tertuang dalam laporan tahunan PBB, mengenai obat-obatan terlarang yang menyebutkan bahwa bahwa Indonesia memiliki sekitar 422 hektar ganja. Angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba pun tergolong tinggi. Meski ditahun 2017 prevalensi penyalahgunaan narkoba cenderung menurun, namun angka tersebut masih tergolong besar, yakni 1,77 % atau sekitar 3,3 juta rakyat Indonesia, terperangkap dalam lingkaran hitam narkoba.Tak sampai disini, total kematian akibat penyalahgunaan narkoba turut memberi gambaran betapa Indonesia berada pada kondisi darurat Narkoba. Pusat Penelitian dan Kesehatan UI mencatat sebanyak 33 orang mati setiap harinya karena penyalahgunaan narkoba. Hal ini seolah menjadi gambaran terbalik dari apa yang tengah diperjuangkan bangsa Indonesia dalam memberantas penyalahgunaan narkoba di Indonesia.Dalam beberapa tahun terakhir, BNN telah berhasil memusnahkan lebih dari 62 Ha ladang ganja di 4 lokasi. 33,36 ha di Aceh Besar, 8 Ha di Loksumawe, 11 Ha di Aceh Utara dan 10 Ha di Bireun. Jika dibandingkan dengan data yang berhasil dirangkum PBB, hal tersebut tak sebanding. Berbagai telah dilakukan BNN, termasuk upaya pendekatan secara persuasive. Namun hal tersebut masih belum dapat menggeser paradigma beberapa petani ganja untuk tidak lagi menanam ganja.Terinspirasi dari program alih fungsi lahan opium yang dilakukan negara Thailand , BNN mencoba memberi alternative development bagi petani yang berada di wilayah rawan penanaman ganja illegal, salah satunya Kabupaten Gayo Lues. Dengan membentuk Grand Design Alternative Development (GDAD), BNN mencoba untuk mengedukasi aturan terkait larangan penanaman ganja sesuai dengan aturan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.Kepala BNN, Heru Winarko, mengakui program ini tidak sekali dilakukan di Indonesia. Program ini sudah ada sebelumnya, tapi pelaksanaannya masih belum maksimal, ujar heru saat membuka Rapat Koordinasi Sinergi GDAD di Hotel Bidakara, Selasa (4/12).Heru meminta kepada seluruh pihak untuk bersinergi agar program ini berjalan dengan optimal.Hadir dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Jenderal, Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Doni Monardo. Dalam paparannya, Doni menyampaikan beberapa jenis komoditi eksport mengalami peningkatan permintaan di dunia, diantaranya essential oil, buah-buahan, kopi dan kakao.Angka permintaan bahan pembuat essential oil sedang mengalami peningkatan. Salah satu yang sering dugunakan adalah sereh wangi. Supply dunia terhadap sereh wangi terbatas, sehingga harganya tinggi, ujar Doni.Wantannas mengusulkan agar keempat komoditi tersebut dijadikan alternative bagi program GDAD. Menurutnya setiap hektar lahan sereh wangi, mampu menghasilkan 30 juta rupiah perbulan dengan estimasi waktu tanam pertama hingga panen selama 6 bulan dan panen berikutnya 3 bulan.Doni Monardo menyampaikan bahwa semua komuditi tersebut tumbuh subur di Indonesia. Sayangnya, Indonesia mengeksprot bahan-bahan tersebut dalam bentuk mentah.Semua bahan bahan tersebut Indonesia punya. Jika kita bisa olah sendiri, daya jualnya akan lebih tinggi ujar dodi.Sementara itu, Direktur Narkotika Deputi Pemberantasan BNN, Victor Lasut, memberi gambaran lain terkait perdagangan ganja. Dipasar narkotika ganja kering dapat mencapai angka Rp. 500.000/kg dan menjadi Rp. 3.000.000/kg setelah tiba di Jakarta.Disini tantangannya. Harga jual ganja di pasar narkoba sangat tinggi, kata Victor.Ditengah diskusi, hadir mantan Deputi Rehabilitasi BNN, Dr. Kusma Suryakusumah. Dr. Kusman mendorong agar dilakukan penelitian khusus terhadap tanaman ganja.Menurutnya, Salah satu cara memecahkan permasalahan ganja adalah penelitian.Penelitian terhadap tanaman ganja sudah diatur dalam Undang-undangJika untuk penelitian boleh dilakukan, asal bukan pengobatan. Jika hasilnya disa digunakan untuk obat, ganja bisa di turunkan menjadi Narkotika Golongan 2 kata Dr.Kusman.Saya bersama tim pernah melakukan penelitian, tapi gagal. Karena ada pihak yang menolak dan menurut saya, ganja harus diteliti!, tegasnya.Apapun masukan yang diberikan para peserta rakor nantinya akan sangat berpengaruh terhadap regulasi yang akan diterapkan masing-masing kementerian terkait dalam menjalankan program GDAD. Melalui Rapat Koordinasi Ini, banyak pihak yang berharap munculnya regulasi yang nantinya mengarah kepada perbaikan sistem penegakan hukum penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di IndonesiaHumas BNN
Berita Utama
Mantan Deputi Rehab BNN : Ganja Harus Diteliti
Terkini
-
KEPALA BNN RI TEGASKAN ARAH KEBIJAKAN DAN NILAI UTAMA DALAM MELAWAN NARKOBA 26 Agu 2025
-
PRESIDEN PRABOWO SUBIANTO RESMI MELANTIK SUYUDI ARIO SETO SEBAGAI KEPALA BNN RI 25 Agu 2025
-
PERERAT HUBUNGAN BILATERAL, KEPALA BNN RI IKUTI PERAYAAN 60 TAHUN KEMERDEKAAN SINGAPURA 22 Agu 2025
-
Melawan Ancaman di Tengah Kemerdekaan: BNN Musnahkan 474 Kg Barang Bukti Narkotika dan Ungkap Kasus Narkoba pada Rokok Elektrik 22 Agu 2025
-
KEPALA BNN RI HADIRI PENUTUPAN P3N XXV TAHUN 2025 21 Agu 2025
-
TINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL, BNN GELAR DONOR DARAH DI KLINIK PRATAMA 21 Agu 2025
-
RAKOR PEMBERANTASAN NARKOBA: PENGUATAN KOLABORASI DALAM PENGUNGKAPAN KEJAHATAN 21 Agu 2025
Populer
- SITA LEBIH DARI 500 KG NARKOTIKA DALAM SATU BULAN: BNN UNGKAP MODUS BARU PENYELUNDUPAN NARKOTIKA 30 Jul 2025
- KEPALA BNN RI BERIKAN ARAHAN KEPADA CPNS LULUSAN STIN 03 Agu 2025
- AKHIRI BENCHMARKING, QCADAAC FILIPINA AKUI STRATEGI P4GN INDONESIA LAYAK DICONTOH 03 Agu 2025
- HARI KETIGA BENCHMARKING, DELEGASI QCADAAC KUNJUNGI FASILITAS BNN DI LIDO 01 Agu 2025
- SINERGI BNN-BIN-LEMHANAS, PERKUAT INTELIJEN LAWAN SINDIKAT NARKOTIKA 31 Jul 2025
- PENYEMPURNAAN PERUBAHAN RUU NARKOTIKA, BNN SERAP ASPIRASI PENEGAK HUKUM DAN AKADEMISI DI JAMBI 04 Agu 2025
- BENCHMARKING QCADAAC: STRATEGI KOLABORASI PENCEGAHAN NARKOBA DI INDONESIA JADI INSPIRASI FILIPINA 31 Jul 2025