“Komunikasi efektif adalah memahami bahwa kita semua memiliki pandangan dan pemahaman yang berbeda serta menggunakan pemahaman ini sebagai panduan untuk berkomunikasi dengan orang lain” (Anthony Robbin)
Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN RI melakukan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi Penggiat P4GN di lingkungan pendidikan yang berada di wilayah Jawa Timur, dimana menghadirkan
Helmi Kurniawan, S.IKom, CPS, CIT sebagai narasumber pada kegiatan Bimbingan teknis tersebut.
Helmi Kurniawan mengatakan bahwa penggiat P4GN sama layaknya seperti seorang komunikator yang harus paham kebutuhan komunikan. Selain itu penting juga memahami siapa yang akan kita ajak berbicara atau siapa komunikan kita.
Ada beberapa ciri orang yang bosan atau kurang tertarik ketika mendengarkan orang lain yang sedang berbicara.
“Bisa jadi ngajak teman lain ngobrol atau sibuk dengan gadget nya. Kadang juga ada yang corat-coret sendiri, entah itu gambar atau lainnya,” jelas Helmi.
Dijelaskan oleh Helmi bahwa kemampuan berbicara di depan umum berkembang dengan latihan dan praktik.
“Lalu apa sebenarnya yang menghalangi kita latihan dan praktik?” tanya dia kepada peserta.
“Grogi alias nervous,” jawab peserta Bimtek serentak.
“Nervous adalah hal wajar. Grogi, takut salah, malu-malu, kecemasan yang berlebihan serta suara dan gerakan yang tidak wajar adalah ciri kita belum percaya diri,” jelasnya.
Helmi menambahkan, ruh public speaking sebenarnya adalah komunikasi efektif. Di dalamnya membutuhkan komunikator (penyampai pesan), komunikan (penerima pesan), pesan yang disampaikan, media dan respon. Semua itu penting menjadi perhatian.
Helmi Kurniawan menjelaskan kembali, ada tiga teknik dasar _public speaking_ diantaranya persiapan, penyampaian materi dan olah vokal. Dalam komunikasi efektif ada tiga hal penting yang sangat berpengaruh yaitu Perbendaharaan kata sebesar 7 persen, intonasi 38 persen, dan sikap tubuh 55 persen.
Sebelum menyampaikan sesuatu, Helmi menyarankan untuk membuat kerangka materi yang akan disampaikan.
“Tentukan mana yang akan menjadi bagian introduction (pembuka), body (isi), dan closing (penutup),” jelas Helmi.
Dalam hal berbicara, harus teratur, terstruktur, dan terukur.
Teratur maksudnya ada pembuka, isi, dan penutup. Terstruktur, apa saja yang kita mau bahas. Terukur berarti tepat sasaran.
“Jadi seorang penggiat anti narkoba harus jadi role model yang baik dalam bertutur”, pungkas Helmi mengakhiri materinya. (HNY/JRT/YDW)
Biro Humas dan Protokol BNN RI
#hidup100persen