Akhir-akhir ini banyak sekali diberitakan di media berbagai peristiwa dan perilaku remaja dan kaum muda berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. Dari peristiwa tawuran, hamil pranikah, sikap konsumtif, pelacuran, seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang (zat adiktif) dan bahkan sampai ke kriminalitas yang lebih serius. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang sangat meresahkan orangtua dan masyarakat, apalagi yang disorot adalah kaum remaja dan muda yang notabene adalah insan-insan penerus bangsa yang akan membangun dan memimpin Indonesia pada abad 21 ke atas.Dalam persoalan remaja dan kaum muda ini ternyata banyak sekali pihak-pihak yang terlibat, karena sosok remaja itu hidup dalam konteks sosiabilitas yang sangat luas. Namun sebagai remaja, keterkaitan yang kuat justru harus tercipta dari hubungan remaja tersebut dengan orangtua atau tokoh-tokoh otoritas dewasa lainnya. Hubungan inilah yang diharapkan dalam kondisi sehat, terbuka, positif dan konstruktif, sehingga dapat berfungsi sebagai tameng terhadap berbagai pengaruh negative yang ada dalam masyarakat.Sampai hari ini, berbagai pihak termasuk media cetak, online, radio, televisi, luar ruang dan bioskop banyak sekali mengupas sisi gelap dari kehidupan dunia remaja ini. Dan tentunya hal ini tidak akan pernah tuntas, karena dunia remaja memang dunia yang penuh gejolak, kecemasan, kebingungan, yang justru merupakan suatu proses terpenting dalam tahap pendewasaan seorang remaja. Dari banyaknya seminar mengenai situasi dunia remaja, banyak sekali orangtua yang ternyata kurang (sampai tidak) mengertahui secara persis apa yang sebenarnya terjadi pada anak remajanya – apakah itu mengenai perasaan, keinginan, persoalan dan sampai pada pergaulan mereka di luar. Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa remaja mereka itu masih merupakan anak kecil, sehingga masih terus harus dituntun. Padahal mereka sudah memiliki kemampuan – walaupun masih dalam taraf belajar – untuk bersikap mandiri, melakukan pilihan dan memutuskan apa yang terbaik bagi mereka.Maka dalam pamaparan berikut ini, figur remaja akan mengambil posisi sentral dalam tatanan sosial yang ada dan semata-mata bukan untuk memojokan siapapun atau apapun, tetapi berusaha untuk mencari solusi bagi persoalan-persoalan yang sudah ada serta mengantisipasi masalah-masalah yang akan muncul dikemudian hari.
- Apa yang secara populer disebut sebagai problema kehidupan kaum muda sebenarnya merupakan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat (dalam hal ini kaum dewasa : orang tua, pendidikan, pemerintah, masyarakt) dapat saja membuat daftar panjang tentang kenakalan kaum muda, dari sikap cuek sampai soal penyalah-gunaan zat misalnya. Apakah kesalahan-kesalahan kaum muda semata-mata terjadi karena faktor usia-mudanya, atau adakah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang memberi kesempatan atau malahan mendorong terjadinya kenakalan kaum muda itu?
- Bila kita pelajari dan renungkan baik-baik pernyataan itu, maka akan jelas bahwa problema kaum mudatidak dapat diisolir sebagai problema mereka sendiri.Karena itu tidak juga salah bila kita mulai melihat persoalan kenakalan remaja secara bersamaan dengan masalah kenakalan orang tua. Misalnya begini : bila para remaja sering dikritik karena terlalu banyak membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat sehingga prestasi karier belajarnya menurun, maka kritik juga dapat disampaikan kepada para orangtua yang terlalu banyak membuang-buang waktu untk mengejar prestasi karier, sehingga hampir tidak ada waktu untuk berdiskusi dengan menempatkan problema remaja-orangtua ini sebagai bagian dari problema masyarakat secara keseluruhan, yaitu problema masyarakat industri yang cenderung bergerak mekanistis, cepat, sehingga hubungan antar manusia kehilangan rasa kemanusiaan/humanis. Padahal kita tahu bahwa pada tingkat usia remaja inilah perkembangan psiko-sosial membutuhkankepekaan ekstradari orangtua dan lingkungan masyarakat.
- Orientasi dan pembentukan diri adalah faktor dasar yang memotivasi perilaku remaja dalam memandang dunia dan masa depannya. Orientasi membutuhkan nilai-nilai panutan. Jadi masyarakat dewasa yanggagal memberi orientasi pada orang muda,juga bertanggung jawab pada problema-problema mereka. Namun sebaliknya juga, perkembangan informasi, teknologi dan ilmu pengetahuan memungkinkan para remaja memasuki wawasan yang mendahului orangtuanya, sehingga orientasi yang diberikan orangtua terasa terlalu kolot, konservatif dan cenderung menekankan kebebasan dan kreativitas.
- Dalam abad globalisasi, dimana laju lalu lintas kebudayaan dunia dapat bebas diikuti, konflik-konflik nilai dan kultur antara kaum muda dan masyarakat dewasa sangat mudah terjadi. Karena lalu lintas informasi global, apa yang tadinya tabu, makin lama makin terasa biasa saja. Informasi sex, gaya hidup bebas, informasi mengenai pusat-pusat transaksi obat-obat terlarang, dan lain-lain, dapat dengan mudah diperoleh melalui teknologi komunikasi modern (video, satelit, majalah-majalah asing dll). Ini semua tentu akan mempengaruhi tradisi, etika dan ajaran agama.
- Karena itu, sekarang para pendidik, fasilitator, dokter, psikolog, konselor dan para orangtua seringkali kewalahan untuk menjawab pertanyan-pertanyaan kaum muda yang semakin terang-terangan dan kritis, apalagi yang menyangkut kehidupan sex, kebebasan berperilaku, gaya hidup moderen dan hak mengatur hidupnya sendiri.Membentengi kaum muda dengan tradisi, etika dan ajaran agama, memang penting, tapi lebih dari itu, para remaja masa kini membutuhkan jawaban yang tidak doktriner, melainkan yang rasional, asertif dan dialogis.
- Di dalam psikologi perkembangan, kita mengetahui bahwa pada jenjang usia muda ini, keinginan untuk mencari identitas diri mendorong para remaja mengimitasi pola budaya, perilaku nilai-nilai dianggap sebagai sesuatu yang progresif. Dan itu tampil mulai dari cara berpakaian, slogan-slogan dalam sistim bahasa mereka, dan ekspresi-ekspresi fisik yang melambangkan kegenitan pada wanita dan kejagoan pada pria. Dan karena arus informasi global tadi, kehidupan di luar negeri dapat denagn mudah diadaptasi oleh mereka sebagai lambang identitasnya. Disini satu hal perlu diingat bahwamotif imitasi itu tidak ada salahnya sejauh motif itu tidak berubah menjadi fantasi dan angan-angan kosong,sehingga memaksakan diri mencapai sesuatu yang pada dasarnya belum terjangkau. Disini perlu diingat bahwa para remaja membutuhkan keseimbangan psikis antara motif imitasi itu dengan kontrol diri (self-control).
- Tadi saya telah kemukakan bahwa problema kaum muda adalah problema masyarakat secara keseluruhan. Karena itu penyelesaiannya juga adalah tanggung jawab bersama. Menurut saya, hal penting dalam mendekati problema remaja dan kaum muda masa kini adalah mengajarkan mereka cara mengambil keputusan secara demokratis. Artinya bila kita ingin melihat sejumlah pilihan lengkap dengan konsekwensi-konsekwensinya. Sikap menggurui dan doktriner justru semakin membuat kaum muda terbebani dan karena itu mudah meledak.Kaum muda yang terlatih mengambil keputusan sendiri akan lebih mudah mengembangkan rasa tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakat si sekelilingnya.
- Bagi kaum muda sendiri, yang penting adalah menempatkan aktivitas kehidupan masa muda itu dalam rencana kehidupan yang lebih jauh. Bila itu dilakukan, maka seluruh kegiatan yang dilakukan di masa kini merupakan investasi hidup masa depan. Disini, penguasaan ilmu pengetahuan memungkinkan kita untuk ikut menentukan kebudayaan dunia.Mental yang kokoh mencegah kita menjadi anak-anak muda yang merengek-rengek dan cepat putus asa. Tidak ada impian yang lebih untuk meraih impian itu selain dengan memelihara optimism terus menerus : bangun lagi bila jatuh.
Maka seyogyanyalah bahwa kita tolak mentah-mentah pemberian istilah Generasi Pil, Generasi Narkoba atau bahkan Generasi Ekstasi, karena hal ini jelas akan memberikan suatu energi dan citra yang negatif; justru saya sangat percaya bahwa seorang remaja memiliki kemampuan untuk membentuk dirinya sendiri dan mampu memikul tanggung jawabnya sendiri juga.Bahkan bagi remaja yang sudah terjerumus kedalam dunia penyalahgunaan zat sekalipun, tetap mempunyai kemampuan untuk memeranginya dan kemudian keluar dari dunia gelap tersebut !Maka pilihan terakhirpun saya serahkan kembali kepada para remaja sebagai pemilik kehidupan dan masa depan serta pemimpin dirinya sendiri: mau menjadi remaja yang seperti apakah? Apakah menjadi remaja sehat, atau remaja sakit? Apakah menjadi remaja kokoh ataukah remaja yang lembik dan rapuh? Apakah menjadi remaja yang mau belajar membuat keputusan sendiri atau remaja yang malas sehingga keputusannya selalu dibuatkan oleh orang lain? Pilihan memang ada di tangan kita sendiri, karena pada hakekatnya kita memang tidak bisa menyalahkan lingkungan yang memiliki aturan rimba, tapi kitalah yang harus melakukan pilihan atas diri sendiri…..mencintai diri atau menghancurkan diri.By : “Tika Bisono, M.Psi”