Beberapa waktu lalu, tepatnya Jumat, 23 Agustus 2019, Badan Koordinasi Mubaligh Seluruh Indonesia (Bakomubin), datang berkunjung ke Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) di Cawang, Jakarta Timur. Kehadiran Ketua Umum Bakomubin, Ali Mochtar Ngabalin, disambut langsung Kepala BNN, Heru Winarko. Pertemuan tersebut membuahkan hasil akan adanya kerjasama antara BNN dan Bakomubin dalam perang melawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia.
Tak butuh waktu lama, Bakomubin merealisasikan tekadnya untuk perang melawan narkoba dengan mengundang kepala BNN dalam Forum Silaturahmi Kerja Nasional Bakomubin yang dihadiri oleh puluhan Muballigh dari berbagai wilayah di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Kepala BNN yang akrab disapa HW ini menyampaikan berbagai permasalahan Narkoba yang dihadapi bangsa Indonesia dan berbagai uapaya yang dilakukan BNN untuk menanggulanginya.
“Masalah terbesar Narkoba bukan soal morfin, heroin, ekstasi, ganja, dan sebagainya. Masalah yang lebih berbahaya adalah kemunculan NPS, narkotika jenis jenis baru, yang sulit dideteksi keberadaanya” Ujar HW saat berbicara dihadapan peserta Silaturahmi Kerja Nasional Bakomubin di Hotel Grand Cempaka, Menteng, Jakarta Pusat, sabtu (31/8).
BNN mendeteksi adanya kemunculan 74 NPS yang berhasil diidentifikasi oleh tim Laboratorium BNN. Sementara, jumlah NPS di dunia saat ini sebanyak 803 jenis, dan siap masuk ke Indonesia kapan saja. Menurut Heru, hal ini menjadi sangat rawan bagi Indonesia karena 80% bahan obat obatan di Indonesia didatangkan dari luar negeri dalam bentuk prekursor (bahan baku obat). Kedatangan prekursor dalam jumlah besar ini perlu pengawasan ketat hingga ketangan konsumen, karena rawan disalahgunakan.
“Prekursor ini dapat diolah jadi berbagai jenis narkotika. Besarnya jumlah perkursor yg masuk diawasi oleh banyak instansi pemerintah. Karena banyak yang mangawasi, akihirnya tidak terawasi”, kata HW.
Menurut HW, pengawasan pemerintah terhadap masuknya prekursor belum sampai kepada end user. Hal ini menyebabkan banyak bermunculannya pabrik narkotika rumahan. Menyikapi hal tersebut, BNN memandang perlu adanya perhatian tidak hanya dari pemerintah tetapi juga dari seluruh elemen masyarakat.
“Ini merupakan jihad. Kami mengajak para muballigh untuk turut menyampaikan informasi bahaya narkoba kepada seluruh jamaahnya agar masyarakat aware terhadap lingkungan sekitar. Jika ada aktifitas mencurigakan di lingkungannya, laporkan”, ujar HW.
Pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengawasi peredaran gelap narkoba merujuk pada banyaknya modus operandi dan ragam jenis narkoba yg disalahgunakan.
” Jenis penyalahgunaan narkoba di Indonesia berbeda disetiap wilayahnya. Untuk itu, peran masyarakat dan pemerintah daerah sangatlah penting”, imbuh HW
HW pun mengingatkan kepada para mubaligh untuk juga memperhatikan lingkungan sekitar.
“Narkoba bisa datang dimana saja dan dari siapa saja. Sebelum bicara keluar, kita juga perlu membenahi dulu internal rumah kita, lalu lingkungan sekitar, baru orang lain”.
Dalam paparannya, HW menyampaikan betapa upaya Rehabilitasi sangat penting dalam menekan laju angka penyalahgunaan narkoba. Indonesia memiliki angka penyalahgunaan narkoba sebanyak 1,77% atau sekitar 3,3 juta orang dari jumalah penduduk Indonesia.
” 50% diantaranya current user, atau coba pakai. Mereka yang coba pakai jika tidak ditangani dengan tepat (dipenjarakan), maka kesempatan mereka untuk bertemu narkotika akan semakin besar. Mengingat masih banyak ditemukannya bandar yang justru bebas bermain dari dalam penjara”, kata HW.
BNN berupaya untuk merubah persepsi masyarakat dalam menyikapi permaslahan narkoba di Indonesia. Kegiatan ini diharap dapat Melahirkan rekomendasi, agara Bakomubin mampu mengambil peran pencegahan dan terlibat dalam penanggulangan narkoba di Indonesia.
BIRO HUMAS DAN PROTOKOL BNN
Instagram: @infobnn_ri
Twitter. :@infobnn
Facebook Fan page : @humas.bnn
YouTube: Humasnewsbnn