
Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyepakati penguatan pencegahan narkoba di lingkungan pendidikan melalui integrasi kurikulum. Langkah strategis ini dibahas dalam audiensi Kepala BNN RI dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang berlangsung di Ruang Rapat Menteri Pendidikan Nasional, Kantor Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, pada Rabu (26/11).
Pertemuan ini dihadiri oleh jajaran pimpinan kedua instansi, termasuk Sekretaris Utama BNN RI, para Deputi BNN RI, Dirjen Vokasi dan PKLK serta Dirjen GTK Kemendikdasmen. Fokus utama pertemuan adalah implementasi program IKAN BERSINAR (Integrasi Kurikulum Anti Narkoba Bersinar) sebagai wujud nyata Asta Cita ke-7 Presiden Prabowo Subianto dalam upaya pencegahan narkoba melalui pendekatan soft power.
Kepala BNN RI Suyudi Ario Seto menegaskan bahwa edukasi anti narkoba harus dimulai sejak dini, mulai dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK sederajat. BNN juga menyoroti tantangan berat saat ini, yakni munculnya New Psychoactive Substances (NPS) atau narkotika jenis baru yang kerap menjadi pemicu kekerasan dan penyalahgunaan di kalangan pelajar.
“BNN kini bertransformasi menjadi sahabat anak dengan pendekatan pencegahan yang lebih kuat di hulu. Harapannya, melalui Satgas Sekolah Bersinar, akan terbentuk duta-duta sekolah dari kalangan pelajar sendiri untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba,” ujar Kepala BNN RI.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti menyambut positif inisiatif ini. Mendikdasmen sepakat bahwa fokus utama saat ini adalah penguatan pencegahan. Pihaknya siap melanjutkan dan menyempurnakan Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ada sebelumnya.
“Kita perlu memasifkan materi bahaya narkoba dan budaya hidup sehat untuk membangun kesadaran kolektif. Selain itu, Kami menekankan bahwa semua guru memiliki tugas pembimbingan atau ‘ke-BK-an’. Kami akan tegaskan kembali peran guru sebagai ‘Guru Wali’ di luar guru kelas dan guru BK, untuk memantau siswa, terutama saat jam istirahat di mana interaksi rawan terjadi,” tegas Mendikdasmen.
Kementerian juga menyoroti pentingnya pendidikan informal yang melibatkan partisipasi semesta, termasuk orang tua dan Ormas, serta mendukung program “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” agar anak-anak Indonesia tumbuh kuat dan sehat.
Dalam diskusi tersebut, Deputi Rehabilitasi BNN RI, dr. Bina Ampera Bukit menyoroti fenomena penyalahgunaan obat-obatan seperti komix dan dextro di kalangan siswa, serta masalah kesehatan mental yang memicu penggunaan narkoba. Untuk itu,BNN memperkenalkan program Sinari Sekolah (Program Rehabilitasi untuk murid rawat jalan) sebagai solusi atas permasalahan tersebut.
“Jika ada siswa yang terindikasi menyalahgunakan narkoba tingkat ringan hingga sedang, mohon agar sekolah tidak mengeluarkannya. Hak anak untuk bersekolah harus tetap dijaga sembari mereka menjalani rehabilitasi jalan,” imbau Deputi Rehabilitasi BNN RI.
Sebagai tindak lanjut, peluncuran program IKAN BERSINAR direncanakan akan dilaksanakan di Jawa Timur pada pertengahan Desember 2025 mendatang. Materi edukasi terkait juga akan diintegrasikan ke dalam platform digital “Rumah Pendidikan” agar mudah diakses oleh guru dan murid di seluruh Indonesia.
#warondrugsforhumanity
BIRO HUMAS DAN PROTOKOL BNN













